Cara Investasi Diri untuk Mahasiswa IT yang Ingin Jadi Software Engineer Hebat

Halo, teman-teman calon ahli IT!
Sebagai seseorang yang sudah lebih dari 10 tahun berkecimpung di dunia pengembangan software, saya sering melihat kesenjangan antara apa yang dipelajari di bangku kuliah dan apa yang benar-benar dibutuhkan di dunia kerja.
Banyak yang berpikir bahwa menjadi Software Engineer yang hebat berarti harus menguasai semua bahasa pemrograman dan algoritma yang rumit. Benar, itu penting. Tapi itu hanya seperti memiliki perkakas yang bagus. Yang lebih penting adalah tahu cara menggunakan perkakas itu untuk membangun rumah yang benar-benar layak huni dan disukai penghuninya.
Pada kenyataannya, peran kita bukan hanya sebagai "tukang kode", tapi lebih sebagai "pemecah teka-teki" atau "penerjemah". Kita menerjemahkan masalah yang dialami orang-orang di dunia nyata—seperti proses bisnis yang berbelit, penghitungan manual yang rawan salah, atau layanan yang merepotkan—menjadi sebuah aplikasi atau sistem yang dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Lho, kok jadi belajar bisnis, akuntansi, dan lain-lain?
Sangat sederhana: Karena software yang kita buat adalah untuk manusia dan bisnis. Untuk membuat solusi yang tepat sasaran, kita harus mengerti di mana kita. Berikut adalah beberapa bidang pengetahuan lain yang ternyata sangat krusial:
1. Memahami Alur Bisnis (Cara Kerja Suatu Usaha)
Ini adalah jiwa dari software yang akan kamu bangun. Sebelum coding, tanyakan ini:
Bagaimana proses kerjanya saat ini? Cari tahu langkah demi langkahnya, dari mulai hingga selesai.
Di mana masalahnya? Apakah terlalu lama, boros kertas, atau sering terjadi salah hitung?
Bagaimana software kita bisa membantu? Apakah dengan memotong waktu, mengurangi biaya, atau membuat pelanggan lebih senang?
Contoh: Saat bikin aplikasi online store untuk UKM, kamu harus paham alurnya: dari seller upload produk, buyer pesan dan bayar, seller kemas barang, sampai kirim dengan kurir. Kalau ada satu langkah yang terlewat, aplikasinya jadi tidak berguna.
2. Dasar-Dasar Akuntansi dan Keuangan
Jangan takut! Kamu tidak perlu jadi akuntan. Tapi hampir semua software untuk bisnis pasti berurusan dengan uang.
Kenapa penting? Perhitungan uang dalam software tidak boleh salah sedikit pun. Kesalahan bisa berakibat fatal bagi pengguna.
Aplikasinya: Untuk bikin fitur seperti invoice, laporan penjualan harian, atau sistem penggajian karyawan, kamu harus paham konsep dasar seperti:
Debit & Kredit: Bagaimana cara mencatat pemasukan dan pengeluaran.
PPN: Pajak yang hampir selalu ada di setiap transaksi.
Harga Pokok Penjualan: Menghitung berapa sebenarnya biaya untuk memproduksi suatu barang.
3. Memahami Sistem HR atau SDM (Sumber Daya Manusia)
Kalau kamu diminta membuat software untuk kantor, pasti akan berurusan dengan sistem karyawan. Ini lebih rumit dari yang dibayangkan!
Kenapa penting? Karena berhubungan dengan hak orang lain (gaji, cuti) yang diatur oleh hukum.
Aplikasinya:
Sistem Absensi & Cuti: Kamu harus paham jenis-jenis cuti (tahunan, sakit, melahirkan), aturan lembur, dan bagaimana data ini mempengaruhi perhitungan gaji.
Sistem Penggajian (Payroll): Ini adalah bagian tersulit! Kamu harus mengerti cara menghitung gaji, potongan BPJS Kesehatan & Ketenagakerjaan, serta Pajak Penghasilan (PPh 21). Perhitungannya tidak sederhana dan punya aturan khusus.
Contoh: Saat membuat fitur "Ajukan Cuti", sistemmu harus bisa mengecek sisa cuti karyawan, memproses persetujuan atasan, dan nantinya terhubung ke sistem penggajian. Jika tidak, bisa terjadi kelebihan pembayaran atau karyawan dirugikan.
4. Prinsip User Experience (Pengalaman Pengguna)
Ini adalah tentang empati. Software yang bagus adalah software yang enak dan mudah digunakan.
Tujuannya: Membuat aplikasi yang tidak bikin pusing pengguna.
Contohnya:
Tombol "Simpan" atau "Beli" harus mudah dilihat dan diklik.
Jika pengguna salah input, beri pesan error yang jelas dan memberitahu bagaimana memperbaikinya.
Tata letak yang sederhana dan tidak berantakan.
Ingat, software yang sulit digunakan akan ditinggalkan, sekecil apapun fiturnya.
5. Keterampilan Komunikasi dan Bekerja Sama
Ini adalah "skill super" yang sering diabaikan.
Menerjemahkan Bahasa: Kamu harus bisa menerjemahkan keinginan klien (misal: "Saya ingin aplikasi yang cepat dan bagus") menjadi daftar fitur teknis yang spesifik.
Menjelaskan dengan Jelas: Kamu harus bisa menjelaskan kepada manajer mengapa sebuah fitur "yang kelihatannya sederhana" ternyata butuh waktu pengerjaan yang lama.
Bekerja dalam Tim: Software developer tidak bekerja sendiri. Kamu akan berkolaborasi dengan desainer, manajer proyek, dan developer lainnya. Komunikasi yang baik adalah kunci keberhasilan tim.
6. Memahami Industri Tertentu
Ini yang akan membuat kamu unik dan sangat berharga.
Software Kesehatan? Kamu harus paham betul tentang kerahasiaan data pasien dan alur kerja di klinik/rumah sakit.
Software Logistik? Kamu perlu tahu tentang proses pelacakan paket, manajemen gudang, dan rute pengiriman.
FinTech? Kamu harus mengerti sistem pembayaran, transfer, dan aturan keamanannya.
Kesimpulan: Jadilah "Pemecah Masalah" yang Juga Bisa Coding
Jadi, pesan utama saya adalah: Jangan puas hanya menjadi "jago coding".
Berinvestasilah pada dirimu sendiri dengan juga mempelajari hal-hal di luar teknis. Ikuti seminar bisnis, coba pahami laporan keuangan sederhana, pelajari cara menghitung gaji dan pajak karyawan, latih cara berkomunikasi yang baik, dan yang paling penting, berlatihlah untuk memahami masalah orang lain.
Dengan kombinasi antara kemampuan teknis yang kuat dan pemahaman yang luas tentang dunia, kamu tidak akan lagi sekadar menjadi "programmer". Kamu akan menjadi Software Engineer yang solutif, yang dicari setiap perusahaan, dan yang karyanya benar-benar berdampak.
Semangat belajar!
Tentang Penulis: Kunjungi Muhamad Zakky Linkedin